ARTIKEL

Rabu, 26 Maret 2008

Jadi Animator


Kita hidup di dunia yang asing di mana sebagian besar kekuatan perangkat dapat membuat berbagai hal yang sulit menjadi sederhana, dan hal yang sederhana menjadi sulit dalam komputer satu mesin bernama komputer.

Komputer membantu kita memecahkan masalah yang rumit, yang sepertinya tidak dapat diciptakan ( bahkan untuk dibayangkan sekalipun ) menjadi ada dan kasat mata. Apa yang ada dibenak kita saat kita menonton film sambil berimaginasi yang mungkin berlebihan, ternyata mampu dibuat dengan perangkat komputer.

Untuk menjadi 3D animator tidaklah sulit. Mulailah kita membayangkan layaknya seorang anak yang bermain tanah liat dan berusaha membentuk model model yang ia ingin ciptakan. Setelah model terbentuk, terfikirlah untuk mulai memberi warna, tekstur yang menjadi imaginasinya. Setelah semuanya selesai, tentulah ia tidak akan merasa puas untuk memandangi karya tersebut, dan pasti tangannya mulai mengerak gerakan model dengan segala imaginasinya. Bagi anda, mulailah melakukan hal yang sama dengan komputer! Dan tentunya mulailah mengeksplor software animasi yang anda minati dan user friendly buat anda.

Animator, sekarang ini adalah profesi yang mempunyai grade cukup baik. Kecenderungan kebanyakan orang dari berbagai kalangan mengapresiasi film film animasi dengan visual fx yang canggih dan cerdas turut mengangkat tingkatan profesi animator tidak dipandang sebelah mata. Animator mampu menciptakan hiburan yang spektakuler, mampu membohongi banyak orang seakan akan hal yang reality dan tentunya gambaran bahwa tidak semua orang mampu mengerjakan semua itu. Lihat saja fenomena Sci-fi starwars sequel “revange of the sith” yang banyak ditunggu tunggu orang. Keberhasilan Industrial Light Magic, pixar dll membawa angan angan banyak animator dalam pencapaian karir tertinggi di dunia animasi. “ This is the real world, but magic touch ”


MERANCANG IKLAN ANIMASI

IDE CERITA
Ide cerita bermula saat kita mulai berkhayal tentang sesuatu gagasan yang akan direalisasikan dalam bentuk eksekusi kreatif. Referensi pada hal hal yang pernah kita lihat, khususnya film film iklan animasi, sangat diperlukan dalam menuangkan ide ide kita baik secara konsep komunikasi maupun kemampuan sinematografi dan proses animasi yang akan tercipta. Namun pengembaraan imaginasi dan referensi yang cukup akan berbenturan dengan faktor skill yang kita miliki. Keterbatasan skill akan membatasi kita untuk melakukan proses kreatif. Mungkin kita akan menyerah kalah terlebih dahulu saat mulai berkreasi karena kita tidak sanggup untuk membuatnya Untuk itu : Tinggalkan semua proses berfikir, mulailah menjadi kreator yang mulai bergerak untuk mencipta. Mulailah pada ide ide yang sederhana, dimana kita bisa menciptakannya karena kapasitas skill kita, sebab tantangan untuk mencoba yang lebih baik akan muncul bila kita mulai tertarik untuk memecahkan rahasia banyak animator animator yang sudah banyak berkarya.

TIPS 1 :
Cobalah kita berimaginasi pada konsep yang efektif dan efisisen dalam hitungan detik agar komunikasi bisa sampai, tentunya dengan tidak meninggalkan proses eksekusi kreatif maupun kaidah kaidah seni iklan. Iklan animasi apa yang ada dibenak anda sekarang ? lalu tuangkan dalam script tertulis


IKON TOKOH IKLAN
Tokoh iklan Anda ada dikepala anda. Butuh referensi yang cukup banyak dan kemahiran menggunakan bahasa symbol dalam mengkreasi dan menggerakan tokoh dengan gerakan yang khas ( karakter si tokoh ). Referensi pada dunia nyata sangat dibutuhkan sebagai movie bank kita. Adakalanya kita harus mengamati berhari hari objek yang akan kita realisasikan dalam bentuk animasi. Penokohan/ ikon produk sangat mempengaruhi sebuah iklan menjadi brand top mind, sekedar tempelan atau gagal di benak penonton.

TIPS 2
Ciptakan tokoh iklan, gerakan dan enviromentnya yang tidak mungkin kita lakukan dengan live shoot biasa. Berikan objek tersebut karakter untuk menguatkan konsep. Anda bisa bayangkan film animasi seperti finding nemo, bugslife dll yang bila dicreate dengan shooting tidak akan lebih menarik dengan film animasinya.




STORYBOARD
Adalah runtutan gambar yang bercerita ( namun tidak sedetail komik ) sequence demi sequence yang didalamnya memuat ilustrasi gambar ( pewarnaan, ikon, model ), framing angle kamera, durasi, aksi/ gerakan, teks VO ( voice over ), ilustrasi musik dll. Pada saat ini kebutuhan story board sudah harus dalam bentuk gerak ( animatic storyboard ) dengan menggunakan proses compositing sederhana. Animatic storyboard lebih bisa menggambarkan durasi film yang akan dibuat. Sebuah iklan animasi memang sangat membutuhkan final preview untuk durasi karena akan sangat menentukan tekanan tekanan pada komunikasi iklan yang efektif. Dapat anda bayangkan bila anda harus meng create iklan dengan durasi 30 detik, 15 detik atau 5 detik.

TIPS :
Tuangkan ide anda frame by frame dalam konteks alur cerita. Bayangkan bahwa tiap frame akan mempunyai makna dan tujuan kreatif maupun komunikatif untuk kepentingan iklan. Setiap frame dalam storyboard akan semakin bermakna bila kita mampu untuk menterjemahkannya dalam aplikasi visual. Disinilah kemampuan ilustrasi kita di uji. Lalu pikirkanlah bahwa film animasi yang akan dibuat tidak akan keluar dari guide tersebut bahkan menjadi lebih bagus



ANIMATION PROCESS

Ada 2 bentuk animasi, 2D (dimensi) dan 3D (dimensi). Kedua duanya mempunyai cara pengerjaan yang berbeda jauh. Namun pada dasarnya ada satu kesamaan yaitu menggerakan objek frame demi frame dan mampu mengatur gerakan antara satu gerakan ke gerakan yang lain ( in beetwen ).

Belajar otodidak dengan tutorial sangat dianjurkan. Banyak situs di internet maupun panduan panduan buku 3D animasi akan memacu kita untuk mengenal software 3D lebih jauh dan tips tips yang akan membuat anda lebih percaya diri karena telah belajar 3D dengan jalur cepat. Cobalah eksplor software yang anda percayai lebih user friendly dan jangan takut untuk mencoba. Penjelajahan kita tak akan pernah berhenti dan tidak takut salah selama masih ada fasilitas undo yang unlimited.

Beberapa software 3D animasi yang biasa dipakai disini seperti Maya Alias Waferont, 3D Max, Soft Image, lightwafe ( pasar software bajakan tentu menyediakan fasilitas software tsb ) dll. Masing masing punya kelebihan dan kekurangan. Hasil karya kita akan maksimal seandainya kita bisa mengoperasikan dua software atau lebih sehingga kekurangannya bisa ditutupi.

Di dunia industri sekarang, telah tercipta spesialisasi dalam pengerjaan 3D animasi. Ada yang khusus modeling ( yang ngerti betul berapa face atau vertex yang dibutuhkan ), Mapping/ shadering (menempelkan skin detail dan material yang sempurna pada objek), Animating ( menggerakan objek maupun tools tools karakter , skeleton/ bone, sampai riging ( membuat gerakan lebih smooth), particle ( 3D visual fx ), sampai software development yang menciptakan plugin/ script dengan bahasa komputer untuk mempermudah kerja kerja 3D animasi. Setelah itu biarlah mesin komputer yang bekerja dalam proses rendering. Yang tak kalah penting dan cukup menentukan hasil yang maksimal adalah siasati dengan permainan kamera. Saat zoom ini buatlah detail, saat zoom out cukup lowpoly dan buat map yang realistic.

Disarankan untuk mencoba semua proses kreatif 3D animasi tersebut karena itu akan memperkaya skill kita untuk mencoba hal hal yang sulit terpecahkan. Biarlah spesialisasi kita muncul dalam kemampuan menciptakan produk, misalnya kita dikenal sebagai orang yang jago bikin motion graphic, bermain human karakter, ahli effect, ahli 3D architecture atau cuma bisa bikin running text dan superimpose semuanya tergantung kita ingin kemana, yang jelas semakin kita mampu dengan tingkat kesulitan abnormal, kita dihargai lebih mahal

PERCAYALAH, ANDA SEORANG EKSEKUTOR !
Iklan TVC, sebagus apapun konsep yang ditawarkan tak akan ‘berbunyi “ bila tidak ditangai oleh eksekutor iklan yang baik. Seorang animator, compositor dan editor adalah orang orang yang berperan dalam merealisasikan konsep iklan menjadi matang, dasyat, efektif dan sempurna. Kalau tadinya hanya dalam bentuk storyboard ( biasanya klien akan mengorder anda dalam bentuk ini ), maka anda lah yang membuat itu menjadi tak terbayangkan sebelumnya bila sudah masuk slot tayang TV. Anda menciptakan detail, gerakan gerakan baru dan tentunya film iklan yang siap masuk pasaran untuk bersaing dengan TVC lainnya. Anda menjadi kreator untuk ide ide yang semula biasa menjadi luar biasa. Anda lah yang akan mengontrol setiap motion, cemera angle, lighting dll sehingga ketika di lanjutkan pada pekerjaan fill in effect dalam compositing dan editing, karya anda tidak banyak mengalami edit.

Seorang eksekutor seharusnya mampu bekerja one stop process, yaitu dari pembuatan storyboard, konsep periklanan sampai eksekusi. Eksekutor akan mampu melihat detail, kesatuan ide, timing project dan tingkat kesulitan dalam produksi yang mungkin tidak dipunyai oleh produser iklan.

TIPS 3 :
Eksekusi yang baik sebaiknya menomor satukan hasil yang maksimal dan kreatif. Beri klien tawaran baru dalam sisi objek, tokoh maupun sinematografinya. Bekerjalah menuju hasil yang sempurna dengan menomorduakan berapa besar anda dibayar. Portfolio lebih penting untuk menjadikan anda eksekutor yang akan ‘dilihat ‘ klien bahwa anda kompeten dan expert dalam pekerjaan ini dan yang pasti tawaran job akan bertambah. Bautlah portfolio yang memungkinkan anada berkembang karena apa yang telah anda ciptakan akan memperkaya pengalaman dan rasa percaya diri. Ambillah pekerjaan yang mungkin tidak masuk akal atau anda sulit mengerjakannya, selama masih ada buku panduan, tutorial dan teman teman se-profesi.

Kamis, 20 Maret 2008

Budaya Free Sex Hancurkan Predikat Kota Pelajar

Predikat Kota Pelajar sudah tersandang lama melekat di belakang nama kota Yogyakarta sejak UGM berdiri sebagai universitas negeri tertua di Indonesia, tetapi anehnya tiap tahun terjadi penurunan hampir 30% lulusan SMA yang mengisi bangku-bangku Perguruan Tinggi di kota Yogya.
Ada apa denganmu Yogya? Apakah nasib predikat kota Pelajar yang disandangmu sudah hilang, sehingga para orangtua sudah tak ingin lagi menyekolahkan anak-anak mereka ke Yogya. Padahal, pada musim liburan bisa dilihat betapa padatnya jalan-jalan di Yogya dengan bus-bus wisata yang dicarter para anak sekolah untuk liburan ke Yogya, dan juga banyaknya wisata edukatif anak SMA untuk mengenal Perguruan Tinggi di Yogya, itu semua memperlihatkan betapa besarnya minat pelajar diluar kota Yogya untuk berburu ilmu di kota Yogya, tetapi mengapa APTISI (Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia) Yogyakarta memberikan laporan terus berkurangnya minat pelajar menempuh pendidikan di kota Yogya ini, apa yang salah ? Mungkin, bukan mutu pendidikan di Yogyakarta yang menjadi pertimbangan orangtua untuk tidak menyekolahkan putra-putrinya ke Yogya, tetapi kecemasan orangtua tentang lingkungan disekitar kampus dan pergaulan sosial putra-putri mereka nanti di Yogya, dari hal budaya free sex anak kost hingga narkoba masuk kamar kost.
Apabila kita merunut peristiwa yang terjadi di Yogya tiga tahun belakangan ini, persoalan sex bebas menjadi salah satu unsur utama yang menurunkan kualitas Brand image “kota Pelajar”, yang ikut menurunkan jumlah minat calon mahasiswa untuk menuntut ilmu di Yogya. Berangkat dari laporan penelitian Iip Wijayanto dkk (Peneliti muda dari PusBih Yogya) yang menerangkan betapa besarnya jumlah wanita non virgin yang masih berstatus mahasiswa di kota Yogya ini , kemudian Media Massa mem-blow up berita itu besar-besar ke semua mata, telinga konsumennya dan ini menjadi isu nasional. Walaupun dalam perjalanannya penelitian itu masih menjadi pro kontra dari para peneliti senior atas ke-valid-an sampelnya. Tapi, apa bisa dikata ? Berita itu sudah menancap di otak konsumen media massa, seperti yang dikemukakan Mc Luhan, pakar komunikasi Amerika bahwa, “Realitas yang disampaikan media massa adalah realitas yang sudah diseleksi-realitas tangan kedua (second hand reality)”, Jadi jelas media massa sudah membuat kesimpulan tentang itu semua.
Kemudian, muncul Perda tentang kost-kost-an yang isinya ada aturan tegas untuk tidak adanya kost campur, itu pun menjadi sebuah benang merah ada apa dengan kota Pelajar ini? Tentang Perda ini, mungkin Yogya yang paling giat untuk mengesahkan dan dilaksanakan segera oleh masyarakat. Ini jelas, menjadi sebuah pertimbangan bagi orangtua yang ingin menyekolahkan anak mereka ke Yogya, “Pasti ada apa-apanya nih! Sehingga muncul Perda.” Masyarakat kita sekarang sudah tidak bisa dianggap pasif atau bodoh kok, mereka dapat mem-persepsikan sendiri berita di media massa, dan menyikapinya. Lalu, ditambah berita fenomena dunia malam di Yogya dengan free sex-nya, memunculkan komentar dari Wakil Walikota Yogya Syukri Fadholi SH yang dikutip dari koran mingguan Yogya, beliau prihatin dengan perkembangan kafe dan diskotek. “Kita harus segera tertibkan hiburan malam di kota ini” tegas beliau. Hingga Rendradi Suprihandoko,S.H juga sepakat atas pernyataan itu dan menambahi dengan berpendapat, ”Perkembangan yang terjadi di kafe dan diskotek tak jauh beda dengan merebaknya salon plus dan perjudian yang menyusup jauh ke wilayah pedesaan.” Waduh, sebegitu parahkah kota pelajar ini. Terakhir berita yang dimunculkan koran ini, yang menyimpulkan keprihatinan kita tentang soal sex bebas di Yogya dengan memunculkan headline berita “30 Persen Akta Kelahiran dikeluarkan bagi Orangtua Tunggal” (29 maret 2005) dan data ini dikeluarkan dari sumber resmi yaitu Kantor Badan Kependudukan Keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kota Yogyakarta sepanjang tahun 2004. Anak adalah titipan tuhan, wajar apabila orangtua mencari pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya dan itu adalah keharusan orangtua untuk memberikan sesuatu terbaik bagi anak-anaknya. Apabila kota Yogya bukan lagi menjadi favorit bagi orangtua untuk menyekolahkan anak-anaknya, lalu apa implementasi Yogyakarta menyandang predikat Kota Pelajar? Pertanyaan tersebut harus dijawab bersama oleh para pejabat pemerintahan di kota Yogyakarta dan masyarakat Yogyakarta sendiri dengan lebih care terhadap lingkungan mereka, dan jangan menyepelekan sesuatu yang memang tidak wajar bagi perkembangan sosial kota Yogya. Jangan hanya perhatian menata PKL dengan menghabiskan anggaran Rp 700 juta (anggaran Pemkot Yogya tahun 2005), tetapi juga mencari cara menata-mengembalikan citra kota Pelajar

Mural yang ber-Estetika

Di sudut-sudut kota Jogja pada bulan Agustus ini banyak dihiasi dengan Mural-mural baru. Mungkin, disebabkan dengan ikut sertanya warga Jogja dalam memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Mural memang bisa menjadi penghias kota/ jalan yang memikat mata tetapi juga bisa menjadi “pemekat” mata. Mural adalah sebuah hasil disain komunikasi visual yang disana mengandung unsur : garis, bentuk, warna, cahaya, ruang, tekstur, keseimbangan, keserasian, proporsi, skala, irama, dan disamping fungsi teknik dan pesan yang terkandung didalamnya. Membuat Seni Mural untuk menghias kota atau lingkungan sekitar, tidak lagi bisa menjadi sebuah karya yang “egois” atau terserah yang membuat mural itu sendiri. Seni Mural adalah seni yang penuh dengan nilai-nilai kreativitas. Karena pada Mural, pekerja seni yang melukis ingin menyatukan karya alam pikiran seninya dengan lingkungan sekitar seni itu dibuat untuk dinikmati bersama baik pembuat maupun yang melihat. Dapat dikatakan, hasil mural yang baik adalah sebuah karya visualisasi kreatif.
Menurut Shakti Gawain seorang filsuf, visualisasi kreatif adalah proses perkembangan yang konstruktif dan penuh makna. Visualisasi kreatif tidak sekedar teknis, tapi suatu kesadaran. Oleh karena itu Mural sebagai sebuah hasil karya Diskomvis harus mempunyai kesadaran keindahan, indah baik bagi sang pembuat, maupun yang melihat karya itu sendiri. Seorang pekerja seni Mural harus memahami pentingnya elemen dan prinsip disain, sehingga karya dihasilkan memenuhi syarat estetika. Sedangkan, disain itu sendiri pada dasarnya adalah hasil penyusunan pengalaman visual dan emosional dengan memperhitungkan elemen-elemen dan prinsip-prinsip disain yang dituangkan dalam satu kesatuan komposisi yang mantap.
Melihat karya Mural di sudut-sudut kota Jogja, agaknya kita harus sedikit memeras otak, karena mural yang dibuat seringkali masih “asyik dengan dunianya”. Kota Jogja dengan sebutan kota budaya dengan banyak ragam hasil rancang karya seni lama maupun baru yang dihasilkan tiap tahunnya (berbentuk kerajinan maupun seni budaya lain) yang tetap dalam frame budaya jogja, sepertinya tidak menjadi pustaka bagi pekerja seni mural di Jogja. Seolah mural di kota Jogja berlari sendiri dan karya seni yang lain berlari pada jalur yang sendiri pula, tidak berlari secara estafet maupun beregu.
Berdasarkan buku ”Drawing on the Right Side of the Brain”, karya Betty Edwards. Pekerja seni yang baik harus melalui beberapa tahap :
Pertama, tahap Saturasi. Pada tahap ini pekerja seni yang baik harus mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, meneliti informasi, dan memahami masalah. Bila dikaitkan dengan seni Mural, pekerja seni harus mencari budaya atau sejarah apa yang ada disekitar lingkungan mural itu dibuat, sehingga karya yang dibuatnya menjadi pustaka tambahan pada lingkungan sekitarnya ataupun penegas bahwa dilingkungan tersebut mempunyai budaya tersendiri.
Kedua, tahap Inkubasi. Di tahap ini, pekerja seni memikirkan tentang pemecahan masalah, seperti dalam praktek walaupun dia mempunya idealisme karya tersendiri untuk berkesenian dan dia mungkin kesulitan dalam membuat karya seni yang harus mencampurkan “sejarah” daerah tersebut, kedalam karya muralnya. Ia tetap dapat berkarya dengan hanya meletakkan sebagian simbol-simbol budaya daerah tersebut, sebagai awal pemecahan masalahnya.
Ketiga, tahap Iluminasi. Pada tahap ini kadar kreatif pekerja seni diuji sejauh mana dia berkreativitas diatas tembok, apabila itu adalah sebuah karya Mural.
Keempat, tahap Verifikasi. Di tahap inilah karya seni kita diuji, Karya seni kita dimintakan pendapat dan saran pada penikmat seni yang akan melihat hasil mural kita. Kritik ataupun saran harus kita terima dengan baik. Karena karya Mural berada didaerah publik, maka publik harus pula dimintai pendapatnya.
Apabila keempat tahapan itu sudah dilewati seorang pekerja seni Mural. Maka ia akan mempunyai estetika dalam karyanya. Keserasian (harmony) dalam karyanya bisa dinikmati para pejalan kaki. Sedangkan unsur estetika Irama ditandai dengan, karya mural itu dapat dinikmati seirama dengan perkembangan kota. Semoga saja karya Mural di kota Jogja tidak hanya sebagai karya seni yang alakadar-nya tetapi menjadi sebuah karya seni budaya yang berestetika dan dapat dibanggakan oleh warga Jogja khususnya dan para wisatawan yang datang di Jogja pada umumnya.

IKLAN KREATIF:

Hampir 4 bulan masyarakat Jogja, telah melewati suatu peristiwa 59 detik yang tidak terlupakan selama hidup (Gempa Bumi). Berhari-hari menjadi bahan pembicaraan hingga kegiatan rutin seperti telah terlupakan dengan adanya peristiwa itu. 59 detik adalah suatu jumlah waktu yang singkat dibandingkan bila kita merokok satu batang? Berapa waktu yang dapat kita habiskan, mungkin lebih dari 10 menit atau 600 detik. Tetapi daya getarnya dapat menghasilkan suatu ruang diotak kita yang akan diingat selamanya.
Bagi sebuah iklan (sama sekali tidak bermaksud menyamakan dengan kekuatan yang dimiliki Allah SWT Yang Maha Kholiq), 59 detik (tepatnya 60 detik)adalah suatu durasi iklan audio maupun audio visual yang terformat bagi mereka, 59 detik pesan iklan akan bergerak menuju alam memori target pasarnya secara singkat. Tetapi, daya promosi yang dihasilkan memasuki ruang-ruang memori target pasarnya, menciptakan iklan bertahan lama di ruang memori target audience.
Iklan merupakan media komunikasi visual paling populer saat ini dan menjadi media pemasaran paling potensial bagi sebuah produk dan jasa. Kata iklan memang relatif sama maknanya dengan reklame yang berasal dari bahasa Latin, re clamo. Re adalah berulang-ulang sedangkan clamo berarti berseru. Iklan sendiri berasal dalam bahasa Inggris, advertisement, sehingga di Indonesia sangat popular istilah advertising atau periklanan. Kata reklame yang selama ini dikenal oleh masyarakat Indonesia adalah berasal dari kata reclame/advertantie (Belanda), Werbung (Jerman), Re-Clamare (Prancis), I’an (Arab) dan iklan (Indonesia). Iklan merupakan suatu bentuk pesan penawaran yang dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan memotivasi konsumen agar mau menerima suatu produk atau pesan yang disampaikan. Selain itu pula dapat menggugah kesadaran serta partisipasi masyarakat terhadap suatu ide tertentu guna mengharapkan kesertaannya. Dengan demikian iklan memang merupakan sesuatu yang sengaja diciptakan baik untuk tujuan komersil ataupun sosial/PSA (public service advertisement).
Beberapa definisi iklan, antara lain : Iklan merupakan kekuatan yang menarik yang ditujukan kepada kelompok pembeli tertentu dan dilakukan oleh produsen atau penjual agar mempengaruhi penjualan barang untuk mendapatkan keuntungan tertentu, Iklan adalah tindakan-tindakan yang ditujukan untuk menarik perhatian umum atas suatu jenis barang atau jasa dengan cara membangkitkan keinginan calon pembeli untuk memiliki barang atau memakai jasa tersebut. Bahkan yang lebih tepat lagi adalah Iklan adalah penyampaian pesan lewat media-media secara sugestif untuk mengubah, menggerakkan tingkah laku atau minat masyarakat untuk melakukan sesuatu yang bersifat positif.
Iklan salah satu bagian terpenting untuk membangun-menciptakan merek. Kreativitas menjadi kredo bagi setiap penciptaan iklan yang baik, tetapi kreativitas bukan satu - satunya yang dikejar pengiklan, diperlukan panduan antara strategi pemasaran dan kreativitas pengiklannya. Ada empat hal yang membuat merek menjadi tangguh : diferensiansi, relevansi, esteem dan pengetahuan (knowledge). Melalui iklan, kepribadian merek dapat dibentuk dan menjadi jaminan kualitas bagi konsumen untuk membeli merek tersebut.
Dalam periklanan, pesan yang dapat membangun emosional menjadi lebih penting daripada kegiatan fungsional dari sebuah Produk atau jasa yang diiklankan, dan mengkomunikasi periklanan bukan sekedar persuasi tetapi merupakan landasan bagi upaya pemasaran pada pelanggan. Dimana initeraksifitas elemen kritis dan filosofi periklanan perlu diperhatikan.
Iklan dapat dibuat sekreatif mungkin, namun eksistensinya baru diakui ketika para pengarah pengusaha, manajer usaha dan pembina usaha periklanan, mampu memperjuangkan gagasan kreatif itu dihadapan klien. Selain itu dibutuhkan juga keterbukaan dari para klien untuk mengapresiasikan kreativitas, Dan tidak kalah penting, keterbukaan media mengakomodasi gagasan- gagasan kreatif itu dengan jalan menyediakan ruang dan waktu bagi pemunculan iklan tersebut. Tetapi bahasa kreatif tetap menjadi suatu modal dalam mengemas suatu iklan. Jadi kreatif itu seperti apa?
Membuat kampanye iklan bukanlah suatu perkara yang mudah. Diperlukan suatu disiplin tersendiri untuk membuat kampanye iklan bermanfaat untuk membangun merek dan mendorong penjualan yang diiklankan tentunya. Membuat iklan yang membosankan, norak dan tidak menarik hanya menghambur-hamburkan anggaran. Bahkan bila iklan harus diputar berulang-ulang karena ada kaidah frekuensi penayangan yang mengikuti suatu iklan agar khalayak sasaran memperhatikan iklan yang kita buat, iklan yang tidak kreatif , jelas, sangat membuang dana. Sebaliknya iklan yang kreatif, unik dan relevan tak perlu dipasang begitu sering karena khalayak sasaran yang tertarik dengan cepat akan mengingatnya.
Bagaimana suatu iklan yang berdurasi 59 detik dapat kreatif, jawabannya ada pada pekerja kreatif dengan bekerja secara serious. Karena penanganan kreativitas harus SERIOUS, kreativitas adalah layaknya sebuah jantung iklan. SERIOUS disini diartikan : (1) Single message, Pesan tidak boleh bertele-tele, harus tunggal dan fokus, sehingga khalayak dapat memahaminya dengan utuh. (2) Entertaining, Iklan hendaknya menghibur atau memiliki kandungan humor, karena khalayak sasaran terlalu lelah dengan pesan-pesan yang begitu banyak dan harus mereka cerna. (3) Relevant, apapun konsep kreatif yang digunakan hal itu hendaknya relevan dengan merek atau produk yang diiklankan. Kreativitas semata tak ada artinya tanpa relevansi dengan merek atau produk yang ditawarkan. (4) Idea, Ide merupakan jantung dari suatu kampanye periklanan. Tanpa Ide, iklan sama saja bagaikan badan tanpa jiwa. Tanpa ide, sebuah kampanye periklanan hanya terlihat bagaikan bintang jatuh Tak banyak yang secara khusus memperhatikannya. (5) Original, Tidak ikut-ikutan. Keaslian akan melahirkan kesegaran dalam menerima pesan-pesan iklan. Kesegaran akan membuat khalayak tertarik untuk memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan iklan. Menjadi plagiat (meniru) merupakan hal yang sangat tabu bagi seorang pekerja kreatif. (6) Unexpected. Tampilan awal iklan harus melahirkan kejutan yang tak terduga, sehingga mampu menciptakan suatu stopping power. Hal-hal yang tidak umum, unordinary, akan membuat khalayak menaruh perhatian. Sehingga muncul emosi atau feeling yang merupakan akar yang dalam banyak hal mempengaruhi segala perilaku, sebab perasaan terkait dengan emosi. Emosi sangat mempengaruhi pemikiran seseorang, emosi membentuk dan mempengaruhi penilaian dan emosi membentuk perilaku. Oleh sebab itu kita harus menaruh perhatian penting terhadap emosi ini. (7) Sells, Iklan dibuat untuk membantu penjualan.
Walaupun dalam proses kreatif, pekerja kreatif harus melampaui beberapa tahap sampai dia menemukan suatu ide yang fantastis. Pekerja kreatif yang berhasil mencapai ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, hal atau produk baru, sesudah melewati beberapa tahap yang biasa dialami untuk menemukan ide kreatif :
Tahap persiapan (Preparation) : meletakkan dasar, mempelajari latar belakang perkara, seluk beluk dan problematiknya.
Tahap Konsentrasi (Concentration) : sepenuhnya memikirkan, masuk luluh terserap dalam masalah yang dihadapi.
Tahap Inkubasi (Incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Mencari kegiatan-kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran mengenai perkara yang sedang dihadapi.
Tahap Iluminasi (Illumination) : adalah tahap mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru.
Tahap Verifikasi/Produksi (Verification/Production) : menghadapi dan memecahkan masalah-masalah praktis sehubungan dengan perwujudan ide, gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru. Seperti menghubungi, meyakinkan dan mengajak orang, menyusun rencana kerja dan melaksanakannya.
Bahkan ditambahkan pula oleh Max Sutherland Creative director NFO Marketmind (Perusahaan Pemaasaran Amerika) Lima cara agar pesan iklan yang disampaikan tidak menimbulkan kekesalan atau tampak membosankan bagi para target audience, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi respons mereka pada iklan itu secara keseluruhan.
· Tidak membuat penonjolan secara berlebihan
· Mengemas informasi itu sebagai hiburan
· Membuat audience merasa memiliki peran, bukan sekedar memosisikan mereka sebagai penonton.
Yang terpenting, semua komunikasi mampu menggerakan pemicu memori. Dalam ingatan kita, citra atau konsep lama terpicu oleh sesuatu dalam iklan. Kita mengakui adanya persamaan dalam berbagai hal. Dalam proses tersebut, sesuatu yang baru mungkin diperkenalkan dan kita diperlihatkan bagaimana caranya menghubungkan dengan yang lama. Ketika sesuatu diposisikan sebagai hal baru maka fokus proses mental kita akan mengevaluasi apakah hal tersebut benar-benar baru? Dan apakah itu berhubungan dengan pengalaman, pengetahuan dan kepercayaan yang telah kita miliki. Tetapi, betapa pun kreatifnya sebuah iklan tak akan ada artinya jika tak membantu merek dan mendorong penjualan. Walaupun pada kemyataannya kekuatan sebuah iklan dibatasi oleh sesuatu yang praktis dan absolut, termasuk :
Kenyataan bahwa konsumen memilih sendiri apa yang mereka sukai,
Iklan kompetitif
Uang, pembatasan anggaran,
Realita Ekonomi,
Resistensi terhadap perubahan,
Kebutuhan konsistensi kognitif (pengetahuan),
Kenyataan bahwa iklan biasanya memiliki pengaruh lemah dibanding apa yang telah kita ketahui atau apa yang telah ada dalam pikiran kita.
Meski demikian, sebenarnya tidak ada satu pun bataan yang absolut. Karena itu, masing-masing aspek memberikan kontribusi dalam mempengaruhi sehingga iklan itu kurang mengena di hati konsumen. Konsep seperti ini mungkin juga tidak akan bisa mengubah keyakinan mereka yang percaya bahwa iklan memiliki kekuatan manipulatif, karena iklan merupakan salah satu media yang bisa mengubah rasa sesorang dari benci menjadi suka, atau sebaliknya. Namun, realitanya adalah kekuatan dan nilai mistik iklan itu sendiri dan orang-orang yang terlibat para pekerja kreatif.
Didalam sebuah institusi pendidikan periklanan, dimana bibit-bibit pekerja kreatif akan dihasilkan. Kesadaran mengenai sebuah konsep iklan yang benar harus disadarkan sejak semester kesatu. Kreativitas merupakan kata kunci yang penting, maka harus dipastikan didalam sebuah institusi pendidikan periklanan, kreativitas diharapkan mengalir dengan memberikan kebebasan : Freedom for Fear, Talenta yang baik akan membeku karena takut. Manajemen intimidasi tidak memperoleh tempat dalam pendidikan periklanan yang memerlukan kreativitas sebagai jantungnya, Freedom to fail, Secara alamiah talenta kreatif akan mengembara ke daerah-daerah yang menakutkan bagi pemikiran kovensional. Karena tak ada jaminan pengembaraan semacam ini akan sukses, sang pengembara kreatif harus diberikan kebebasan untuk membuat kesalahan agar talenta kreatif terus berkeinginan memburu kemungkinan kreatif yang terbaik. Freedom for chaos, Diperlukan suatu disiplin yang jernih sehingga talenta kreatif sadar bahwa ruang kreatif tetap ada sebuah alur dan batasannya dalam sebuah konsep maupun perilaku (etika iklan). Freedom to be, didalam sebuah institusi pendidikan periklanan, diperlihatkan jenjang karier dalam skema organisasi atau usaha iklan, arah mana yang akan ia sukai sebagai sebuah karier pekerja kreatif iklan.
Paling tidak mereka mengerti bagaimana membuat suatu iklan yang baik seperti yang diharapkan, Iklan yang baik adalah iklan yang mencapai banyak orang dan menarik perhatian sehingga menimbulkan Brand Awareness pada konsumen dan dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk membeli atau memakai produk tersebut. Adapun kriteria yang yang harus dipenuhi untuk membuat iklan yang baik dan berhasil adalah : Jelas, Jika iklan disampaikan dengan cara yang tidak jelas maka konsumen tidak akan mengerti. Dapat dipercaya, Iklan yang disampaikan tidak terlalu membesar-besarkan, disampaikan sesuai kenyataan yang ada. Sederhana, Jika pesan yang disampaikan terlalu rumit (complicated) maka konsumen tidak akan mudah mengerti. Jujur, Iklan yang disampaikan harus jujur, tidak bohong. Pernyataan yang disampaikan didukung oleh bukti nyata, formula, kandungan dan kualitas produk. Menarik, Jika iklan yang disampaikan tidak menarik, maka konsumen tidak akan menaruh perhatian. Persuasif, Jika semua kriteria di atas telah dipenuhi maka kita harus meyakinkan bahwa iklan yang kita buat mempunyai sifat persuasif yang dapat mendorong konsumen melakukan tindakan pembelian.
Semoga para mahasiswa yang memilih jalur di bidang kreatif periklanan dapat memberikan sumbangsih pesan-pesan yang dapat menjadi hiburan dalam keadaan negara kita yang terus berkembang, sekaligus mendongkrak laju perekonomian dengan membuat pesan-pesan komersial yang menghibur dan menjual pada produk buatan dalam negeri sehingga masyarakat lebih cinta akan produk dalam negeri, dan selanjutnya membeli.

Menyingkap Kesejajaran Fisika Modern dan Mistisisme Timur

Ketika kita membaca judul diatas kita membayangkan sesuatu yang sangat kontras diantara keduanya dan keinginan penulis untuk mensejajarkan daya pikir kedua pandangan tersebut. Capra sebenarnya ingin menyatakan bahwa dunia dapat dilihat dari dua sudut pandang yang organik maupun yang mekanistik. Menurutnya pandangan organistik diajukan oleh para Mistikus Timur dan pandangan mekanistik diajukan oleh ilmuwan barat. Pandangan ilmuwan barat itu sangat dipengaruhi oleh suksesnya mekanika klasik Newton.
Pandangan ini sepertinya bertolak belakang, namun senyatanya kedua pandangan itu sangat dibutuhkan oleh kita sehari-hari. Capra menjelaskan adanya kesejajaran antara pandangan kuantum dan pandangan mistikus tentang realitas. Menurutnya ada sejumlah karakteristik realitas yang sama-sama diidentifikasi oleh keduanya : Fisika baru dan mistisisme lama. Pertama, adalah mengenai kesatuan semua benda. Kedua, adalah tentang ketidakduaan realitas. Ketiga, mengenai kesetaraan antara ruang dan waktu. Keempat adalah fundamentalnya perubahan didalam alam dunia. Kelima adanya kehampaan yang penuh. Keenam adalah mengenai tarian semesta antara hidup dan mati. Ketujuh, adalah tentang adanya pola pada semua perubahan dan yang kesembilan adalah interpenetrasi.
FISIKA MODERN, telah membawa pengaruh mendalam pada hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Bidang ini menjadi dasar bagi ilmu alam, sedangkan perpaduan antara ilmu alam dan ilmu rekayasa telah mengubah kondisi kehidupan di muka bumi ini secara mendasar, baik menguntungkan maupun merugikan. Kita melihat bagaimana dua landasan Fisika abad ke-20 Teori Kuantum dan Teori Relativitas, keduanya memaksa kita untuk melihat dunia dalam cara yang amat serupa seperti orang Hindu, Buddhis, atau Taois melihatnya. Dan bagaimana kesamaan ini semakin jelas manakala kita memperhatikan upaya-upaya terkini untuk menggabungkan kedua teori ini dalam rangka menjelaskan fenomena dunia submikroskopik (sifat dan interaksi partikel subatomik).
MISTISISME TIMUR, yang dimaksud disini adalah filsafat religius Hinduisme, Buddhisme, dan Taoisme. Meskipun ini terdiri dari berbagai macam disiplin spritual dan sistem filosofis yang saling jalin dengan rumit, ciri-ciri dasar dari pandangan dunia mereka sama. Tradisi mistis terdapat dalam seluruh agama, dan unsur-unsur mistis dapat dijumpai dalam banyak aliran filsafat barat. Kesejajaran-kesejajaran dengan fisika modern tidak hanya tampak dalam kitab Weda Hindu, dalam I Ching atau dalam sutra Budhis, namun juga dalam fragmen Heracleitos, tasawuf Ibnu Arabi atau dalam ajaran mistikus Yaqui, Don Juan.
Meskipun berbagai tradisi mistisisme berbeda dalam banyak hal, semuanya menekankan kesatuan dasar alam semesta yang merupakan ciri khas pentingnya ajara-ajaran. Tujuan tertinggi adalah menyadari kesatuan dan kesalinghubungan segala sesuatu, melampaui gagasan tentang diri individual yang terisolir dan mengidentifikasikan diri sebagai realitas tertinggi. Munculnya kesadaran ini dikenal sebagai “Pencerahan”. Bukan hanya tindakan intelektual namun merupakan pengalaman yang melibatkan totalitas diri seseorang dan pada hakikatnya bersifat religius. Karena alasan ini sebagian besar filsafat timur pada prinsipnya merupakan filsafat religius.
Dalam pandangan Timur, pemisahan alam menjadi obyek-obyek terpisah itu tak mendasar, dan setiap obyek semacam itu memiliki karakter mengalir dan senantiasa berubah. Karena itu pandangan dunia timur secara intrinsik bersifat dinamis serta memiliki waktu dan perubahan sebagai ciri pentingnya. Alam semesta dipandang sebagai satu realitas tak terpisahkan. Selamanya dalam gerak, hidup,organik, spiritual dan material pada saat yang sama. Dalam pandangan timur keilahian bukan seperti penguasa yang mengatur dunia dari atas, namun sebagai prinsip yang mengendalikan segala sesuatu dari dalam.
Mistisisme Timur, didasarkan pada wawasan langsung menuju hakikat realitas dan fisika didasarkan pada pengamatan fenomena alam dalam berbagai eksperimen ilmiah. Dalam kedua bidang tersebut, pengamatan kemudian diinterpretasikan dan interpretasi itu seringkali dikomunikasikan melalui kata-kata. Karena kata-kata selalu merupakan suatu peta pendekatan abstrak terhadap realitas, interpretasi verbal dari suatu eksperimen ilmiah atau wawasan mistis memang niscaya tidak akurat dan tidak lengkap.
Dalam Fisika, interpretasi atau eksperimen disebut model atau teori, dan kesadaran bahwa semua model dan teori itu hanyalah hampiran (aproksimasi) merupakan hal yang mendasar dalam riset ilmiah modern. Maka, seperti kata Einstein dalam aforismenya “selama hukum matematika mengacu pada realitas, hukum-hukum itu tak pasti dan selama hukum matematika itu pasti, hukum-hukum itu tidak mengacu pada realitas” . Para Fisikawan mengetahui bahwa metode analisis dan penalaran logis mereka tak akan pernah bisa menjelaskan seluruh fenomena alam secara sekaligus.
Kapan pun para mistikus Timur mengekpresikan pengetahuan mereka dalam kata-kata dengan bantuan mitos, simbol, gambaran puitis maupun pernyataan paradoks. Mereka semua sama-sama menyadari keterbatasan yang disebabkan bahasa dan pemikiran “linier”. Fisika mulai mengambil sikap yang persis sama terkait berbagai model dan teori verbalnya. Seluruh model dan teori itu juga hanya merupakan hampiran dan sesuatu yang tidak akurat. Itu semua adalah pasangan bagi mitos, simbol dan gambaran puitis timur dan pada tingkat inilah kesejajaran kedua pandangan terlihat.
Berbagai temuan fisika modern telah meniscayakan sejumlah perubahan mendalam terhadap konsep seperti ruang, waktu, materi objek, sebab akibat, dan lain-lain. Dan karena konsep ini begitu mendasar terhadap cara berpikir kita mengalami realitas, tak mengherankan bahwa para fisikawan yang terpaksa mengubahnya merasakan semacam kegoncangan. Dari sejumlah perubahan ini muncullah pandangan dunia baru yang berbeda secara radikal, yang masih dalam proses pembentukan melalui riset ilmiah hingga saat ini.
Maka tampaknya para mistikus timur dan fisikawan Barat telah melalui berbagai pengalaman revolusioner yang serupa, yang mengantar mereka pada cara-cara yang baru sama sekali dalam melihat realitas. Fisikawan Eropa Niels Bohr mengekpresikan dengan kata-kata : “Perluasan pengalaman kita secara besar-besaran dalam beberapa tahun belakangan ini telah mengungkapkan kelemahan konsepsi-konsepsi mekanis kita yang sederhana dan akibatnya telah menggocangkan landasan tempat interpretasi atas observasi biasa diletakkan”. Dan Mistikus India Sri Aurobindo, juga berkata : Segala sesuatu berubah sifat dan penampakkannya. Seluruh pengalaman seseorang atas dunia menjadi sangat berbeda... Terbentang jalan baru sangat dalam dan luas untuk mengalami, melihat, mengetahui dan bersentuhan dengan segala sesuatu.
Sehingga mendukung ekspresi dari ilmuwan itu muncul dalam fisika modern, Alam semesta dialami sebagai satu kesatuan tak terpisahkan, dinamis selalu menyertakan pengamat secara mendasar. Dalam pengalaman ini, konsep tradisional ruang dan waktu, objek terisolir, serta sebab akibat, kehilangan maknanya. Pengalaman semacam ini amat serupa dengan pengalaman para mistikus timur. Keserupaanya tampak dalam teori kuantum dan teori relativitas dan bahkan semakin jelas dalam model “kuantum relativistik” fisika subatomik dimana kedua teori ini bergabung menghasilkan kesejajaran yang paling mencolok dengan mistisme timur.
Dalam upaya memahami misteri kehidupan manusia mengikuti banyak pendekatan berbeda. Diantaranya ada jalan ilmuwan dan mistikus, namun masih ada banyak lagi jalan penyair, kanak-kanak, dukun, badut sekedar menyebut beberapa pandangan. Jalan-jalan ini telah menghasilkan berbagai deskripsi yang berbeda tentang dunia ini, baik secara verbal maupun non verbal, menekankan aspek-aspek yang berbeda.
Pandangan dunia mekanistik fisika klasik bermanfaat untuk deskripsi fenomena fisis yang kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-hari dan karenanya sesuai untuk berhadapan dengan lingkungan kita sehari-hari, dan pandangan dunia ini juga terbukti sangat berhasil sebagai landasan teknologi. Namun, pandangan ini tak memadai lagi untuk deskripsi fenomena fisis dalam dunia submikroskopik. Berkebalikan dengan konsepsi mekanistik tentang dunia, adalah pandangan para mistikus yang boleh diringkas dengan sebuah kata ‘organik’, karena pandangan ini menganggap seluruh fenomena dialam semesta sebagai bagian-bagian integral dari keseluruhan keselarasan yang tak terpisahkan. Pandangan dunia ini muncul dalam tradisi-tradisi mistis dari keadaan kesadaran meditatif.
Dalam deskripsi mereka tentang dunia, para mistikus menggunakan konsep-konsep yang diperoleh dari berbagai pengalaman tak biasa ini, dan secara umum, tak sesuai untuk deskripsi ilmiah atas fenomena makroskopik. Pandangan dunia organik ini, tak bisa digunakan untuk membangun mesin-mesin, maupun untuk mengatasi berbagai persoalan teknis dalam dunia yang sudah kelebihan penduduk ini.
Dalam pandangan mistikus timur pengetahuan pendekatan “relatif” tidak membuat mereka tertarik. Mereka lebih memperhatikan pengetahuan “mutlak” yang melibatkan sebuah pemahaman atas totalitas kehidupan. Karena menyadari kesalinghubungan esensial dari semesta. Mereka menyadari-memahami bahwa untuk menjelaskan sesuatu berarti, pada akhirnya untuk menunjukkan bagaimana ia terhubung dengan sesuatu yang lain. Membebaskan pikiran manusia dari kata-kata dan penjelasan-penjelasan adalah salah satu tujuan dari Mistisisme Timur. Sehingga memperluas gagasan jaringan yang saling terhubung kedalam dunia nalar. Selama kita berupaya untuk menjelaskan segala sesuatu, kita terikat oleh karma (terperangkap oleh jaring konseptual kita sendiri). Melampaui kata-kata dan penjelasan berarti menghancurkan ikatan karma dan memperoleh pembebasan.

Rekaan Presiden RI versi Dunia Marketing

Membaca sejarah Mataram di masa tahta Sultan Agung serta merta menyeret imajinasi kita Pentas Politik menjelang proses pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI. Dimana pada masa itu dihiasi dengan sorak sorai bala tentara dan ratap tangis rakyat jelata. Tak bisa kita tolak pada masa itu, ekspansi teritorial yang begitu sering dan spektakuler pastilah menyerap biaya tidak sedikit, terlebih lagi social cost yang terpakai. Dengan cita-cita sultan untuk membangun kemegahan kekuasaannya bisa dibilang seluruh rakyat mataram dikerahkan untuk itu semua.
Sultan Agung menurut bangsa Eropa yang datang pada tahun 1622, 1623, dan 1624 memberi kita gambaran tentang kota istana mataram. Dalam diri Sultan, beliau tidak bisa dianggap remeh, menurut pengusaha Belanda Balthasar van Eyndhoven, “Sultan berwajah kejam, beliau dengan dewan penasihat memerintah dengan keras, sebagaimana sebuah negara besar.” Sedangkan menurut Dr.H. de Haen, “Pangeran Ingalaga ini adalah seseorang yang berada dalam puncak kehidupannya, berusia sekitar 20 hingga 30 tahun, berbadan bagus. Sejauh penglihatan kami, sedikit lebih hitam daripada rata-rata orang Jawa, hidung kecil dan tidak pesek, mulut datar an agak lebar, kasar dalam bahasa dan lamban dalam berbicara, berwajah trenang dan bulat, dan tampaknya cerdas, memandang sekelilingnya seperti singa” (Puncak kekuasaan Mataram-Dr HJ Graaf).
Lanjut HJ Graaf, Sultan Agung sangat berterus terang tentang rencana-rencananya, bahkan tentang rencana-rencana jangka panjang. Ia sangat keras terhadap bawahannya. Pengawasan yang keras lebih baik daripada menimbulkan rasa takut.” Beliau melihat sekelilingnya, apakah sekiranya ada bawahan yang tidak hadir dan menanyakan alasan ketidakhadirannya.”
Calon Presiden dan Wakil Presiden RI, menjadi bahan pembicaraan sehari-hari kita di sekolah, kampus, kantor, hingga warung angkringan sekalipun. Banyak analisis dibuat dari pakar militer-sosial-politik hingga pakar sego goreng. Semua analisis itu menuju kearah yang sama yaitu yang dapat membuat masyarakat sejahtera.

PAKET HEMAT ala NEGERI CINA

Beberapa koran terbitan lokal maupun nasional, minggu-minggu ini memberitakan tentang membanjirnya produk-produk Cina ke Indonesia. Diberitakan pula imbas produk tersebut terhadap keberlangsungan produksi dalam negeri yang tidak kuat menyaingi murah meriahnya harga dari produk-produk Cina tersebut. Berkaitan dengan hal itu, Satu tahun yang lalu ada seminar Periklanan di Jakarta bertemakan “Why Thai?” yang mengupas banyak tentang dunia periklanan Thailand yang merajai Adfest (ajang periklanan Asia Pasifik). Didalam seminar tersebut terungkap suatu gambaran mengapa orang ikllan Thailand selalu unggul adalah pengelolaan ide kreatif mereka yang berangkat dari nilai lokal, mereka menghargai budaya mereka sendiri sebagai bahan pengendalian ide. Eksekusi dengan perangkat teknologi adalah “hanya” sebagai alat untuk mengungkapkan ide mereka. Betapa mereka menggunakan teknologi hanya sekedar menyempurnakan ide mereka, sehingga apa yang dihasilkan adalah asli konsep dari brilyannya otak-otak orang Thailand.
Terus apa hubungannya dengan barang-barang import buatan Cina yang menyerbu Indonesia? Ada benang merah yang sama dengan pernyataan diatas yaitu kebiasaan (habit) kita kurang menghargai apa yang dihasilkan oleh negeri ini. Barang tersebut hadir karena Indonesia hanya berpikir secara jumlah bukan loyalitas. Apakah konsumen di Indonesia salah ketika memilih barang Cina sebagai pilihannya? Siapa bilang salah! Konsumen kita adalah masyarakat kebanyakan yang susah untuk cari uang, sehingga mereka berpikir kuantitas atas uang yang dikeluarkan. Kebiasaan masyarakat banyak dihasilkan dari suatu bentuk kebudayaan yang memang tidak berpihak pada produk buatan sendiri. Mengapa sih beras import dari Viertnam bisa masuk ke negeri ini? Mengapa sih kayu yang belum diolah, bisa kita eksport ke negara lain? Mengapa sih kita menggunakan tenaga asing sebagai konsultan daripada SDM kita sendiri? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak sadar selalu muncul dari perbincangan kita sehari-hari. Kita menyalahkan pemerintah dari pertanyaan itu.
Kebudayaan memang unsur pokoknya adalah kekuasaan politik (dalam hal ini pemerintah), selain dari alat-alat teknologi, sistem ekonomi, dan keluarga, menurut Melville J Herkovitz. Jadi jelas kebijaksanaan yang diatur oleh pemerintah menciptakan habit kita. Kita ingat pada sejarah, Bagaimana Bung Karno tidak sukanya dengan musik ngak-ngik-nguk nya Koes Plus dan masyarakat pun terpengaruh dari pernyataan beliau. Itu lah kekuasaan politik mempengaruhi kebudayaan.
Pemerintah dengan segala kebijaksanaan perekonomiannya yang tidak banyak berpihak dengan para pelaku bisnis lokal, membentuk masyarakat kita untuk tidak menghargai kita sendiri. Kualitas at the right price, kata Rhenald Kasali dalam bukunya Membidik Pasar Indonesia. Kebijakasanaan menaikkan TDL Listrik, menaikkan BBM tiap ada kenaikkan harga minyak dunia, Pajak yang mengikat, Kuota import yang bebas takut dengan aturan WTO, Bunga Kredit untuk UKM yang tinggi, dan banyak hal lagi. Dari segala kebijaksanaan itu akhirnya pengusaha mengambil kebijaksanaan dengan membanting keras-keras mutu produk mereka dan menaikkan harga jual produk karena mahalnya bahan baku yang mereka peroleh. Jadi apa salah akhirnya ketika masyarakat kita, Produk Cina banget!
Dalam Perilaku konsumen, barang-barang buatan Cina telah memenuhi atau mewakili hasrat konsumen yang tidak terpenuhi. Dengan beberapa rupiah masyarakat kita dapat membeli apa yang dibutuhkan, dan pergilah jauh-jauh dengan mutu. Harga menjadi sangat sesnsitif dalam perekonomian yang tidak sehat ini. Harga Pahe dari produk Cina mengena di pasar konsumen Indonesia. Secara teori dilihat dari konsep Strategi Marketing, produk Cina berhasil melakukan kegiatan 4P-nya : Produk yang banyak variasinya dan hampir mirip dengan buatan Eropa atau Amerika yang mahal bahkan produk lokal sendiri, Price atau harga yang terjangkau oleh konsumen kita, Promosi yang secara tidak langsung didukung oleh budaya kita sendiri yang menganjarkan kita harus berguru pada negeri Cina dengan kebudayaan dan ilmu pengetahuan mereka, ketika kita bertemu dengan produk Cina secara yakin, kita yakini bahwa produk mereka bagus. Dan Place atau tempat distribusi yang tepat pada keadaan perekonomian kita yang sangat menghargai rupiah demi rupiah, mereka hadir di masyarakat yang membutuhkan produk –produk murah untuk pemenuhan kebutuhannya.
Jadi, ketika barang-barang pahe produk Cina sudah membanjir di Indonesia, apakah mungkin untuk mengembalikan produk lokal sebagai alat pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia, jawabannya sangat mungkin. Menurut John Dewey, dalam suatu proses keputusan konsumen untuk membeli barang kebutuhannya, nilai-nilai rasional muncul dalam benak konsumen dan memanfaatkan secara sistematis informasi yang tersedia mengenai produk tersebut. Dalam beberapa contoh, produk Cina yang pada awalnya berjaya kemudian secara perlahan terpuruk adalah produk otomotif : motor. Ketika pertama kali motor Cina masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat terjangkau, banyak masyarakat Indonesia mengidolakan produk ini sebagai pemenuhan kebutuhannya, tetapi secara pasti mereka tahu produk murah bukan berarti memuaskan. Dari sparepart yang susah dicari, tempat servis yang tidak ada, apalagi service after salesnya. Alhasil produk tersebut, tahun kebelakang ini dijauhi konsumen, para konsumen “kembali ke selera asal”
Kembali ke pernyataan John Dewey dalam bukunya How we think, konsumen akan mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan. Produk Cina tetap Produk Cina, produk yang dihasilkan seringkali hanya memuaskan dalam waktu tertentu saja, karena cepatnya kerusakan produk tersebut ketika digunakan. Konsumen akan mencari dan mengolah informasi itu sebagai acuan pemilihannya kembali ketika membeli. Ketika mereka kecewa mereka akan mencari alternatif lain sebagai pemuas kebutuhan.
Kemudian muncul berikutnya pertanyaan, apakah sudah siap produk lokal kita untuk disukai masyarakat/ konsumen Indonesia ketika para konsumen itu kecewa terhadap produk-produk Cina. Jawabannya itu agak sedikit tidak mungkin apabila pengusaha lokal kita sibuk untuk mencari bahan baku yang murah, memecati karyawan agar efisien, ribut dengan pemerintah mengenai UMR, pusing dengan naiknya Tarif Dasar Listrik, dan BBM, berpikir dengan tingginya suku bunga kredit dan banyak hal.
Tentunya, Pemerintah sebagai bagian dari pembentuk Kebudayaan segeralah membuat suatu kebijaksanaan perekonomian yang bersahabat dengan para pengusaha lokal sehingga masyarakat/ konsumen kita loyal kembali terhadap produk buatan sendiri, Aku cinta buatan Indonesia deh!

NGAYOGYANGIKLANI – “SASI”

Anda orang Jogja asli ? pernah tidak satu kali saja, jalan-jalan dijalan kecil (gang) atau jalan utama di Jogja tanpa sebuah iklan terpampang disudut-sudut jalan? Pasti jawaban anda “tidak pernah”. Tergoda anda untuk memandang jalan seperti anda “walking around”di pedesaan yang tanpa hiruk pikuk iklan. Atau seperti postcard yang diberikan kolega kita, yang memampangkan foto sudut-sudut kota di daerah Eropa ataupun daerah wisata di negara tetangga kita. Keinginan kita untuk rindu pada itu semua memang harus dilupakan untuk waktu yang lama, sadar tidak sadar iklan adalah sumber yang gampang untuk mengeruk dana bagi pemerintah daerah untuk mengenjot pendapatan daerah. Jogja adalah daerah “ter-aman” untuk wisata di Indonesia untuk saat ini.
Dengal label kota budaya Jogja ingin menawarkan sebuah nuansa budaya yang kental terhadap para tamunya. Itu terbukti pada jumlah kunjungan wisatawan yang membludak pada tiap-tiap hari libur nasional. Kenyataan yang ada di Jogja sekarang, ruang publik untuk bersantai bagi wisatawan sudah habis alias tertutup dengan banner, baliho, billboard, inflatables, poster yang bertebaran, leaflet, flagchain, dan bermacam istilah untuk media luar ruang. Semua itu adalah bentuk iklan yang sehari-hari, sadar tidak sadar menjadi santapan di Jogja ini. Untuk berfoto saja tanpa ada background dibelakangnya sepertinya sudah sangat susah dicari di kota kita ini. Apakah Surat Keputusan mengenai penyelenggaraan reklame dan pajak reklame diabaikan? Atau memang merupakan kondisi yang kondusif bagi pengusaha media luar ruang untuk berbisnis dan bersengkongkol dengan aparat pemerintahan daerah. By the way, lokasi tempat iklan, itu kan menentukan target audience.
Iklan dalam era kosmopolit sekarang adalah hal yang harus dilakukan untuk berpromosi, disebabkan konsumen (masyarakat) yang ada sekarang sudah bebas memilih media untuk menjadi perhatian mereka. Iklan luar ruang yang semarak disudut kota Jogja merupakan satu bagian dari strategi komunikasi terpadu tiap produsen sebuah produk, atau dalam bahasa orang iklan “positioning” pasar, semakin terlihat banyak di jalan artinya semakin meresap di mata terus kehati konsumen. Menurut Dr. PH. J. Idenburg, Iklan luar ruang secara sadar membantu distribusi produk hingga sampai ke tangan konsumen, membantu memberikan penerangan kepada konsumen tentang produknya, membantu omzet penjualan dan produksi, memperbesar kecepatan perputaran produk, menstimulasi produsen untuk tetap mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan. Sehingga kecenderungan yang ada Produsen akan menghabiskan dana Promosinya untuk menghiasi kota dengan sebaran iklannya.
Banyak sudut kota Jogja yang terhiasi dengan iklan yang sudah tidak dapat dikatakan layak dilihat lagi, dari saling tumpang tindihnya antarspanduk, poster yang telah mengelupas karena air hujan dan ditempel asal-asalan, brosur yang selalu beterbangan di tiap-tiap institusi pendidikan dan keramaian, baliho yang tripleknya sudah terbuka pakunya, dan beragam lain yang kita jumpai di kota budaya ini. Apakah itu yang menjadi ciri khas kota budaya. Kemana kreatif media-seniman grafis yang dihasilkan oleh Institut Seni Indonesia yang ada di kota Jogja ini?
Kata kunci untuk membedah itu semua adalah : Kreativitas dan peraturan yang tegas, kreatif media yang terlibat menghias kota dan Pemerintah Daerah mengelola ruang kotanya. Aip Syarifuddin (Ketum AMLI), menegaskan kekurangan kita dengan negara tetangga Australia dan Malaysia adalah Peraturan yang mengatur tentang Iklan luar ruang dan sejenis tidak kondusif dan tidak pasti. Para kretif media seharusnya jangan asal membuat karya saja, tetapi juga terlibat dalam menghiasi kota Jogja, mereka turut menentukan karya hias yang akan dipampangkan di kota jogja ini. Dalam buku Contempary Advertising, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan para kreatif media :
Pergunakan ide-ide cemerlang, terutama untuk bagian judul utama iklan, biasakan dengan hal-hal yang berbau Jogja buktikan dengan berbau kultur Jogja pun bias menjual, karena media luar ruang merupakan suatu seni dalam memadatkan atau menyinkat pesan iklan, pergunakanlah tampilan iklan yang sederhana dan terkonsep, berikan nilai emosi dalam sebuah karya iklan, pergunakan warna yang dapat mengarahkan iklan, lalu yang terakhir ambilah keuntungan dari lokasi yang dipilih tersebut dalam hal ini tanpa mengindahkan kegiatan yang ada dalam lokasi tersebut.
Kenyataan yang ada di Jogja, seringkali agensi lokal hanya berperan sebagai placement saja, sedangkan segi kreativitas sudah diatur dari agensi utama biasanya dari Jakarta. Untuk itu agensi lokal harus berperan banyak dalam perubahan-perubahan Iklan luar ruang, disesuaikan dengan muatan lokal, dirubah dari segi bahasa, penambahan teks, visual, tanpa merubah brand image produk tersebut. Pertanyaanya adalah, bisakah pemerintah daerah mengatur itu semua dan memberikan ruang gerak bagi kreatif media daerah berperan dalam menghiasi kotanya, itu semua kembali kepada para aparatur pemerintahan daerah yang mengurusi itu semua.
Hal kecil menjadi lumrah, itu yang biasanya terjadi di bangsa kita. Kota Jogja yang kental dengan kultur budaya dan indah ditiap sudut kota, apakah akan dibiarkan saja dirusak dengan penataan ruang iklan yang terlihat semrawut. Dulu pada jaman ORBA terkenal dengan kuninggisasi apakah sekarang Jogja juga akan dilindas dengan namanya Ngayogyangiklanisasi hanya karena alasan peningkatan sumber pendapatan daerah.

Harga Keindahan Iklan Partai Politik

Sebal !!, itulah ungkapan Pinkan, personel grup band wanita Ratu setelah melihat iklan kampanye salah satu partai politik di televisi, yang jauh dari kenyataan. Ungkapan itu ditulis dalam artikel Mimbar Demokrasi , terbitan salah satu Koran Jakarta, 31 Maret lalu. Ia menilai, iklan-iklan di televisi kontra sekali dengan kehidupan tokoh yang dijual dalam iklan parpol tersebut. Bahkan ia memberi nasihat pada calon pemilih untuk, “teliti sebelum membeli. Pemilih jangan terpengaruh atau bahkan larut dengan iklan-iklan yang menyebalkan itu.”

Ada apa dengan Iklan Parpol, hingga artis pun turut berkomentar dengan iklan-iklan kampanye yang membanjiri media massa di 3 minggu terakhir bulan Maret lalu.
Kenyataannya memang Iklan adalah icon yang harus ada dalam suatu komunikasi pemasaran terpadu untuk menjual “sesuatu.” Untuk membius audience secara tak sadar. Periklanan adalah suatu bisnis besar, dapat dilihat pada dana kampanye Partai Golkar. Di Pemilu sekarang Partai Golkar menghabiskan Dana sekitar Rp.82 Milyar, dapat dibayangkan berapa dana yang dipergunakan untuk beriklan, padahal itu relatif menurun dibandingkan Dana Kampanye Pemilu 99, yang menghabiskan Dana Rp.108 Milyar (MetroTV). Dari saldo rekening khusus dana kampanye parpol yang disampaikan ke KPU (Komisis Pemilihan Umum), terungkap partai PKPI mengeluarkan dana kampanye sebesar 1,6 milyar, PDS sekitar Rp.525 juta, dari laporan panitia pemenang pemilu PDIP sebesar Rp.103,557 . Sedangkan PBB memiliki dana kampanye Rp. 872.732 juta. Sementara itu, secara berurutan parpol dengan dana kampanye terbanyak adalah PSI sebesar Rp.207.583 juta, PKS Rp.51.027 juta, PIB Rp. 26.877 juta, PAN Rp. 8,85 juta (kompas, 2 April 2004). Dana yang tersebut tadi adalah hanya laporan sementara yang didapat dari KPU Pusat. Tetapi, bila melihat kenyataan di lapangan dana kampanye yang muncul kita yakini dana itu akan melambung berkali-kali lipat, apabila dihitung berdasarkan 1 iklan berdurasi 30’ detik di TV saja : Rp. 10 Juta. Jadi, apabila dalam 3 minggu 6 spot iklan tertayang, 6 x 10 juta hasilnya sudah 60 juta.

Pada Buku “Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi .“ Dari dana 108 milyar yang dipakai Partai Golkar untuk berkampanye, porsi iklan TV dan Koran menghabiskan dana 7,6 Milyar rupiah. Ini belum termasuk dana yang dihabiskan untuk membeli media POP(point of purchase). Wah, luarbiasa ! Itulah ungkapan kita kalau berpikir mengapa dana sedemikian besar habis hanya untuk beriklan.


Pesan Iklan Adalah Tusukan Jarum

Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut sebagai “roh kreatif.” Penyusunan komunikasi kreatif adalah proses komersial, yang menuntut adanya nilai jual. Dan penyusunan kreatif dalam membuat suatu iklan parpol tidak hanya dibuat secara mentah tetapi dilakukan oleh pekerja kreatif yang memang handal dalam menyusun kata-kata dan ketrampilan seni dalam visual. Mengapa kita sering terbujuk oleh iklan seperti tusukan jarum ? Jawabannya, Iklan memang dibuat oleh kelompok-kelompok dan konsultan kreatif, yang itu makanan mereka sehari-hari.

Kalau kita cermati pada iklan-iklan parpol yang melintas didepan mata kita di TV, Koran, Radio, melalui POP. Iklan-iklan tersebut hanya menekankan pada aspek bagaimana menata aspek artifisial. Karena iklan dibuat bukan oleh kader partai tetapi oleh jasa profesionalisme iklan maupun PR (publik relations).

Bila kita lihat pemilu 1999 lalu, semua partai politik melibatkan para professional ini. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggunakan jasa konsultan Sudarto dan Noeradi PR, disitupun terlibat para komposer untuk menciptakan mars dan hymne partai. Partai Amanat Nasional (PAN), memanfaatkan jasa professional, Miranty Abidin dan Pengarah Kreatif Joko Santoso HP. Partaii Keadilan dan Persatuan (PKP) sekarang PKPI, mengusung nama Matari Advertising untuk menyusun kreatif iklan mereka. Golkar sebagai partai “gendut” mempercayakan proses kreatif Kampanye dan sejenisnya pada Ida Sudoyo and Associated (ISA) dan proses kreatif iklan pada Adkreasi dan WOW Production. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Strategi kampanye dan iklan dipercayakan pada Advork Euro RSCG (Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi . The Asia Foundation, USAID.Jakarta. 1999). Jadi, jelas semua ditangani oleh orang yang professional, apabila kita sempat “tertawan” tidak ada salahnya, tetapi “teliti sebelum membeli”, itu yang harus kita punya. Untuk penggunaan dana iklan tiap-tiap parpol dapat dilihat dalam tabel, dibawah ini.

NILAI GROSIR BELANJA IKLAN POLITIK JANUARI-MEI 1999
(dalam ribu rupiah)

IKLAN
MEDIA
TOTAL
TV
KORAN
MAJALAH
Visi Anak Bangsa
40.770.950
-
12.000
40.782.950
ILM
18.538.720
9.626.500
696.520
28.861.720
Partai Golkar
5.707.460
1.932.660
-
7.640.120
PDIP
3.758.800
2.033.950
-
5.792.750
Partai REPUBLIK
1.837.200
1.123.700
9.900
2.970.805
PKB
2.129.100
211.555
-
2.340.655
IKLAN PENERANGAN
1.143.720
-
-
1.143.720
P DAULAT RAKYAT
399.750
585.760
-
985.510
PKP
291.000
268.180
49.800
1.354.100
PBB
399.300
14.050
-
413.350
PPP
248.695
257.845
-
506.540
Partai LAIN
254.625
767.395
47.100
1.069.120
TOTAL
76.173.420
17.422.800
865.122
94.461.342
Dikutip dari buku “Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi?”


Untuk tahun 2004, ini gerakan profesional Iklan dan Publik Relations (PR) dalam membuat konsep kreatif tetap sama, dan para pengurus parpol tetap mempercayakan pada professional yang itu-itu juga, sehingga lebih menekankan pada nilai-nilai keindahan tiruan tetap dipertahankan. Bentuk kampanye iklannya tetap : lebih menekankan pada sosialisasi gambar dan nomor parpol. Gagasan dan program parpol sebagai isu yang seharusnya ada, untuk menyentuh pendidikan politik, masyarakat pemilih hanya tambalan saja, Hanya untuk jargon saja. Dan itupun sekedarnya hanya sebagai lips service saja alias buat tambah-tambah bumbu.

Pada akhirnya, iklan parpol di media massa hanya sekedar Persuading (membujuk), efektif untuk mempersuasi – mempengaruhi pemilih untuk memilih mereka. Reminding (mengingat kembali), menjaga agar Brand awareness tetap ada. Adding Value (nilai tambah), semakin banyak iklan ada di media massa berarti parpol tersebut megah dalam brand equity (ekuitas merk). Sedangkan target iklan yang lain Informing (informasi), untuk mensosialisasikan program-proram parpol dan pendidikan politik diindahkan, kalaupun ada hanya sekedar tempelan, porsinya hanya untuk jargon.

Nilai kosmetis atau menonjolkan keindahan-prestisius pada kampanye iklan parpol di tahun 2004 ini menjadi nilai yang memonopoli, dan terpajang di media massa sepanjang 3 minggu di bulan maret lalu, dan pada intinya sebuah parpol adalah “produk”, mereka diiklankan untuk dijual pada masyarakat dan masyarakat menjadi konsumen produk tersebut. Jadi, Untuk nilai Artifisial, iklan parpol : Oke-lah, sedangkan sebagai bagian pendidikan politik, perlu dikaji kembali alias belum mencapai yang diinginkan, sebagai bagian pendidikan politik.

Rabu, 19 Maret 2008

definisi DESAIN

Beberapa definisi dari Desain grafis :
Menurut Suyanto desain grafis didefinisikan sebagai " aplikasi dari keterampilan seni dan komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri". Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.
Sedangkan Jessica Helfand dalam situs www.aiga.com mendefinisikan desain grafis sebagai kombinasi kompleks kata-kata dan gambar, angka-angka dan grafik, foto-foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-eleman ini, sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah diingat.
Menurut Danton Sihombing desain grafis mempekerjakan berbagai elemen seperti marka, simbol, uraian verbal yang divisualisasikan lewat tipografi dan gambar baik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi. Elemen-elemen tersebut diterapkan dalam dua fungsi, sebagai perangkat visual dan perangkat komunikasi.
Menurut Michael Kroeger visual communication (komunikasi visual) adalah latihan teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan menggunakan warna, bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition).
Warren dalam Suyanto memaknai desain grafis sebagai suatu terjemahan dari ide dan tempat ke dalam beberapa jenis urutan yang struktural dan visual.
Sedangkan Blanchard mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni komunikatif yang berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam menghasilkan gambaran visual pada segala permukaan.
Demikian halnya senada dengan definisi yang dipaparkan Henricus Kusbiantoro bahwa desain adalah kompromi antara seni dan bisnis. Yaitu melayani kebutuhan orang banyak pada pemecahan problem visual, namun sekaligus tidak kehilangan karakter dan keunikan dari segi eksekusi visual baik konsep maupun visual teknis.
Jadi, seorang desainer grafis bertugas membentuk tampilan visual berdasarkan uraian verbal dengan disiplin yang disebut tipografi. Desainer grafis menata tampilan huruf dan ruang komposisi untuk menciptakan sebuah rancangan yang efektif dan komunikatif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pekerjaan desain grafis melingkupi segala bidang yang membutuhkan penerjemahan bahasa verbal menjadi perancangan secara visual terhadap teks dan gambar pada berbagai media publikasi guna menyampaikan pesan-pesan kepada komunikan seefektif mungkin. Contoh konkret dalam media publikasi tercetak adalah brosur, surat kabar (koran, majalah, tabloid, newsletter, buletin), poster, kalender, buku, jurnal, iklan cetak, stiker, sampul CD atau kaset dan lain sebagainya. Maka desainer grafis sesungguhnya dapat bekerja di mana saja, sejauh ia dibutuhkan membuat sebuah tampilan visual.