ARTIKEL

Kamis, 20 Maret 2008

Harga Keindahan Iklan Partai Politik

Sebal !!, itulah ungkapan Pinkan, personel grup band wanita Ratu setelah melihat iklan kampanye salah satu partai politik di televisi, yang jauh dari kenyataan. Ungkapan itu ditulis dalam artikel Mimbar Demokrasi , terbitan salah satu Koran Jakarta, 31 Maret lalu. Ia menilai, iklan-iklan di televisi kontra sekali dengan kehidupan tokoh yang dijual dalam iklan parpol tersebut. Bahkan ia memberi nasihat pada calon pemilih untuk, “teliti sebelum membeli. Pemilih jangan terpengaruh atau bahkan larut dengan iklan-iklan yang menyebalkan itu.”

Ada apa dengan Iklan Parpol, hingga artis pun turut berkomentar dengan iklan-iklan kampanye yang membanjiri media massa di 3 minggu terakhir bulan Maret lalu.
Kenyataannya memang Iklan adalah icon yang harus ada dalam suatu komunikasi pemasaran terpadu untuk menjual “sesuatu.” Untuk membius audience secara tak sadar. Periklanan adalah suatu bisnis besar, dapat dilihat pada dana kampanye Partai Golkar. Di Pemilu sekarang Partai Golkar menghabiskan Dana sekitar Rp.82 Milyar, dapat dibayangkan berapa dana yang dipergunakan untuk beriklan, padahal itu relatif menurun dibandingkan Dana Kampanye Pemilu 99, yang menghabiskan Dana Rp.108 Milyar (MetroTV). Dari saldo rekening khusus dana kampanye parpol yang disampaikan ke KPU (Komisis Pemilihan Umum), terungkap partai PKPI mengeluarkan dana kampanye sebesar 1,6 milyar, PDS sekitar Rp.525 juta, dari laporan panitia pemenang pemilu PDIP sebesar Rp.103,557 . Sedangkan PBB memiliki dana kampanye Rp. 872.732 juta. Sementara itu, secara berurutan parpol dengan dana kampanye terbanyak adalah PSI sebesar Rp.207.583 juta, PKS Rp.51.027 juta, PIB Rp. 26.877 juta, PAN Rp. 8,85 juta (kompas, 2 April 2004). Dana yang tersebut tadi adalah hanya laporan sementara yang didapat dari KPU Pusat. Tetapi, bila melihat kenyataan di lapangan dana kampanye yang muncul kita yakini dana itu akan melambung berkali-kali lipat, apabila dihitung berdasarkan 1 iklan berdurasi 30’ detik di TV saja : Rp. 10 Juta. Jadi, apabila dalam 3 minggu 6 spot iklan tertayang, 6 x 10 juta hasilnya sudah 60 juta.

Pada Buku “Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi .“ Dari dana 108 milyar yang dipakai Partai Golkar untuk berkampanye, porsi iklan TV dan Koran menghabiskan dana 7,6 Milyar rupiah. Ini belum termasuk dana yang dihabiskan untuk membeli media POP(point of purchase). Wah, luarbiasa ! Itulah ungkapan kita kalau berpikir mengapa dana sedemikian besar habis hanya untuk beriklan.


Pesan Iklan Adalah Tusukan Jarum

Iklan diadakan untuk memberi informasi dan membujuk. Isi komunikasi iklan adalah inti apa yang dapat dilakukan oleh iklan tersebut. Aspek ini sering disebut sebagai “roh kreatif.” Penyusunan komunikasi kreatif adalah proses komersial, yang menuntut adanya nilai jual. Dan penyusunan kreatif dalam membuat suatu iklan parpol tidak hanya dibuat secara mentah tetapi dilakukan oleh pekerja kreatif yang memang handal dalam menyusun kata-kata dan ketrampilan seni dalam visual. Mengapa kita sering terbujuk oleh iklan seperti tusukan jarum ? Jawabannya, Iklan memang dibuat oleh kelompok-kelompok dan konsultan kreatif, yang itu makanan mereka sehari-hari.

Kalau kita cermati pada iklan-iklan parpol yang melintas didepan mata kita di TV, Koran, Radio, melalui POP. Iklan-iklan tersebut hanya menekankan pada aspek bagaimana menata aspek artifisial. Karena iklan dibuat bukan oleh kader partai tetapi oleh jasa profesionalisme iklan maupun PR (publik relations).

Bila kita lihat pemilu 1999 lalu, semua partai politik melibatkan para professional ini. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menggunakan jasa konsultan Sudarto dan Noeradi PR, disitupun terlibat para komposer untuk menciptakan mars dan hymne partai. Partai Amanat Nasional (PAN), memanfaatkan jasa professional, Miranty Abidin dan Pengarah Kreatif Joko Santoso HP. Partaii Keadilan dan Persatuan (PKP) sekarang PKPI, mengusung nama Matari Advertising untuk menyusun kreatif iklan mereka. Golkar sebagai partai “gendut” mempercayakan proses kreatif Kampanye dan sejenisnya pada Ida Sudoyo and Associated (ISA) dan proses kreatif iklan pada Adkreasi dan WOW Production. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Strategi kampanye dan iklan dipercayakan pada Advork Euro RSCG (Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi . The Asia Foundation, USAID.Jakarta. 1999). Jadi, jelas semua ditangani oleh orang yang professional, apabila kita sempat “tertawan” tidak ada salahnya, tetapi “teliti sebelum membeli”, itu yang harus kita punya. Untuk penggunaan dana iklan tiap-tiap parpol dapat dilihat dalam tabel, dibawah ini.

NILAI GROSIR BELANJA IKLAN POLITIK JANUARI-MEI 1999
(dalam ribu rupiah)

IKLAN
MEDIA
TOTAL
TV
KORAN
MAJALAH
Visi Anak Bangsa
40.770.950
-
12.000
40.782.950
ILM
18.538.720
9.626.500
696.520
28.861.720
Partai Golkar
5.707.460
1.932.660
-
7.640.120
PDIP
3.758.800
2.033.950
-
5.792.750
Partai REPUBLIK
1.837.200
1.123.700
9.900
2.970.805
PKB
2.129.100
211.555
-
2.340.655
IKLAN PENERANGAN
1.143.720
-
-
1.143.720
P DAULAT RAKYAT
399.750
585.760
-
985.510
PKP
291.000
268.180
49.800
1.354.100
PBB
399.300
14.050
-
413.350
PPP
248.695
257.845
-
506.540
Partai LAIN
254.625
767.395
47.100
1.069.120
TOTAL
76.173.420
17.422.800
865.122
94.461.342
Dikutip dari buku “Pemilu 1999: Demokrasi atau Rebutan Kursi?”


Untuk tahun 2004, ini gerakan profesional Iklan dan Publik Relations (PR) dalam membuat konsep kreatif tetap sama, dan para pengurus parpol tetap mempercayakan pada professional yang itu-itu juga, sehingga lebih menekankan pada nilai-nilai keindahan tiruan tetap dipertahankan. Bentuk kampanye iklannya tetap : lebih menekankan pada sosialisasi gambar dan nomor parpol. Gagasan dan program parpol sebagai isu yang seharusnya ada, untuk menyentuh pendidikan politik, masyarakat pemilih hanya tambalan saja, Hanya untuk jargon saja. Dan itupun sekedarnya hanya sebagai lips service saja alias buat tambah-tambah bumbu.

Pada akhirnya, iklan parpol di media massa hanya sekedar Persuading (membujuk), efektif untuk mempersuasi – mempengaruhi pemilih untuk memilih mereka. Reminding (mengingat kembali), menjaga agar Brand awareness tetap ada. Adding Value (nilai tambah), semakin banyak iklan ada di media massa berarti parpol tersebut megah dalam brand equity (ekuitas merk). Sedangkan target iklan yang lain Informing (informasi), untuk mensosialisasikan program-proram parpol dan pendidikan politik diindahkan, kalaupun ada hanya sekedar tempelan, porsinya hanya untuk jargon.

Nilai kosmetis atau menonjolkan keindahan-prestisius pada kampanye iklan parpol di tahun 2004 ini menjadi nilai yang memonopoli, dan terpajang di media massa sepanjang 3 minggu di bulan maret lalu, dan pada intinya sebuah parpol adalah “produk”, mereka diiklankan untuk dijual pada masyarakat dan masyarakat menjadi konsumen produk tersebut. Jadi, Untuk nilai Artifisial, iklan parpol : Oke-lah, sedangkan sebagai bagian pendidikan politik, perlu dikaji kembali alias belum mencapai yang diinginkan, sebagai bagian pendidikan politik.

Tidak ada komentar: