ARTIKEL

Kamis, 17 April 2008

Percetakan Digital


PERCETAKAN DIGITAL

Gutenberg mungkin tidak pernah membayangkan bahwa huruf lepas dan teknologi cetak yang diciptakannya tahun 1450 -an berkembang ke teknik cetak offset, gravure, flexo, xerografi, hiingga memberikan inspirasi pengembangan multimedia dan digital publishing, dan tentu saja tidak terpikirkan olehnya teknologi cetak yang dikembangkannya sampai juga ke negara Indonesia.
Produk grafika dan khususnya buku dianggap sebagai bentuk demokratisasi pengetahuan, karena dan bukulah masyarakat dan berbagai lapisan dapat menyerap dan menimba ilmu pengetahuan. Sebut saja alasan mengapa orang di pameran Drupa tahun 2000 menyebut Gutenberg sebagai ‘Father of Media’ salah satu diantaranya karena hampir kurang lebih 600 tahun teknologi huruf lepas [timah] yang dipakai Gutenberg pada tahun 1450-an tidak mengalami perubahan sampai era tahun 70-an. Walaupun kemudian media cetak juga berbaur dengan multi media, computer science, electronic publishing, dan digital publishing, semuanya tak akan terjadi tanpa penemuan Gutenberg.
Grafika masuk ke Indonesia seiring dengan era kolonialisme, dimulai percetakan suratkabar “Bataviase Nouvelles” yang diterbitkan tahun 1744 sebagai salah satu alat untuk propaganda politik Belanda. Seiring dengan perkembangan ekonomi dan perdagangan, kemudian berdiri beberapa percetakan swasta dan juga penerbit buku, yang diantaranya penerbit Balai Pustaka [1920]. “Pertjetakan” yang dikenal orang sudah cukup lama dan kemudian dikembangkan dengan kata lebih besar yaitu “grafika’ namun kata “grafika” hingga saat ini masih belum dipahami dengan benar oleh masyarakat. Pengertian grafika dan industri grafika masih banyak diartikan sempit sebagai “tukang cetak” dan dalam beberapa hal masih dikategorikan industri kecil. Padahal di Amerika industri grafika merupakan urutan ke tiga besar, baik dilihat dan sisi science dan teknoogi, serta jumlah SDM dan berbagai disiplin ilmu yang terlibat didalamnya cukup besar.
1. 2. Peran Industri Grafika
Pengertian grafika sendiri secara fuas dapat diartikan sebagai inovasi manusia dan digunakan oleh manusia untuk mereproduksi dan melipatgandakan hasil pikiran manusia. Media cetak yang digunakan untuk menggandakan pikiran manusia dapat berupa buku, suratkabar, majalah, jurnal, dan publikasi komersial lainnya.
Dalam bidang pendidikan, media cetak seperti buku telah berperan menolong peserta didik untuk dapat memahami dan menguasa ilmu pengetahuan. Buku-buku teks yang dipergunakan di sekolah-sekolah secara bertahap materinya diperbaiki sesuai kurikulum yang terus menerus dikembangkan dan juga dan segi mutu fisik terus ditingkatkan. Media cetak lain seperti suratkabar, majalah diketahui juga sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat, baik dan segi pendidikan, pemberian informasi, hiburan, pencerahan dan mempengaruhi opini masyarakat luas serta menunjukkan kebijakan yang disampaikan pemerintah akan terkait dengan industri grafika.

Tidak ada komentar: