Pemakaian Bahasa dalam Iklan
Pemakaian bahasa dalam iklan menuntut suatu kecermatan agar bahasa itu dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang dapat mencapai sasaran yang dikehendaki secara baik. Kecermatan itu terutama menyangkut bentuk bahasa dan cara penyampaiannya. Dalam bentuk bahasa, pemakai bahasa iklan harus betul-betul memperhatikan struktur frasa, kalimat dan wacana. Sedangkan dalam cara penyampaian yang diutamakan adalah kaidah yang bersangkutan dengan retorik.
Berdasarkan data temuan, konstruksi frasa kebanyakan berbentuk frasa nominal (FN) yang bisa terdiri dari FN+FN atau FN+Fprep, atau FN+N. Kontruksi kalimat tunggal sangat bervariasi. Berdasarkan analisa ditemukan adanya empatbelas variasi. Kalimat majemuk setara terdiri dari :
- Kalimat majemuk setara penjumlahan
- Setara perlawanan
- Setara pemilihan
- Kalimat majemuk bertingkat atas kontruksi : anak kalimat yang diikuti induk kalimat, induk kalimat yang diikuti anak kalimat.
Selain itu, diantara data ditemukan juga iklan dalam bentuk kalimat majemuk campuran. Pemakaian bahasa dalam wacana sering memperhatikan kepaduan dalam bentuk (kohesi) dan keterpautan makna ( koherensi).
Jika dipandang dari cara penyampaiannya, bahasa iklan dapat dapat dikelompokkan berdasarkan kaidah retorik yang digunakan menjadi :
1. Iklan yang menggunakan kaidah pernyataan (pernyataan netral maupun penilaian)
2. Iklan yang menggunakan kaidah perkaitan konsep
3. Iklan yang menggunakan kaidah kealatan
4. Iklan yang menggunakan kaidah keintiman
5. Iklan yang menggunakan kaidah meyakinkan
6. Iklan yang menggunakan kaidah kenal pasti
7. Iklan yang menggunakan kaidah perbandingan
8. Iklan yang menggunakan kaidah pertanyaan
9. Iklan yang menggunakan kaidah peringatan
10. Iklan yang menggunakan kaidah suruh
11. Iklan yang menggunakan kaidah larangan
12. Iklan yang menggunakan kaidah ajakan
13. Iklan yang menggunakan kaidah nasihat
14. Iklan yang menggunakan kaidah bahasa remaja atau santai.
Kesalahan bahasa yang ditemukan dalam bahasa iklan lebih tepat jika dilihat sebagai gejala penyimpangan dalam berbahasa. Jika, dilihat dari unsure kebahasaan, cenderung sebagai penggunaan yang nonbaku.
ARTIKEL
Kamis, 29 November 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar